Saturday, January 19, 2013

Vampire and the Witches


Pagi itu aku terbangun dengan nafas memburu, teringat akan mimpiku tadi mlam. Lega rasanya bias terbangun dari mimpi mengerikan itu.
“Aku haus.” Gumamku seraya mengambil segelas air putih dari meja dan meminumnya habis. Aneh! Masih terasa haus, padahal aku sudah meminum air segelas penuh. ‘Apa yang terjadi?’ pikirku. Berlari aku menuju cermin rias di kamarku dan betapa terkejutnya aku mendapati bayangan seseorang yang tak asing, terlihat seperti diriku, namun tampak bagaikan mayat dengan mata merah menyala bagaikan darah segar. Aku tersentak menyadari itu bukanlah bayangan seseorang yang mirip denganku. Itu aku!! Dan mimpi itu juga.. jangan-jangan, itu bukan sekedar mimpi! Mungkinkah.. Mungkinkah itu nyata?? Mungkinkah aku telah menjadi seperti monster itu? Apakah mungkin kalau aku sudah bukan manusia lagi??? NO WAY!! Kubuang semua pemikiran itu dan sgera bersiap untuk sekolah.
            Aku berjalan dengan cepat hampir berlari menuju ke mobil agar tak basah akibat hujan yang lebat. Kulirik jam tangan yang melingkari tangan kiriku, jam 7.30. “Sial! Aku hampir telat!” ucapku. Kupacu mobilku lebih cepat menembus lebatnya hujan, syukurlah jalanan cukup sepi, hanya perlu menyalip beberapa mobil untuk berhasil sampai kesekolah jam 8 kurang 10 menit. Seperti biasa, aku selalu di sambut hangat oleh kedua sahabatku, Elena dan Kharisma. Kami memulai persahabatan kami semenjak masih TK.
“Michelle! Hai!” sapa mereka sambil melambai-lambaikan tangan.
“Hai, girls! Kangen banget sama kalian! Libur seminggu bikin kita jarang ketemu.”
“Iya, kita juga kangen sama kamu!” seru mereka bersamaan. Memang, diantara kami, akulah yang rumahnya paling jauh, aku juga termasuk orang yang jarang keluar karena lebih suka belajar di kamar.
“Hey! Kamu sekarang pake softlens??” Seru Elena dengan pandangan mengarah pada mataku.
Akupun teringat akan bayanganku di cermin tadi pagi,”hm.. ini? Iya aku emang pake softlens. Gimana, bagus nggak?” terpaksa aku harus berbohong agar mereka tak curiga dengan perubahan warna mataku yang begitu mendadak ini.
“Bagus sih, tapi kok milih yang merah gitu? Jadi kayak vampir di film-film, serem!” Jawab Kharisma. Aku terperanjat mendengar kata-katanya, apakah aku memang sudah jadi vampir? Tidak mungkin! Vampir cuma mitos! Itu hanya ada di film!
            Lamunanku tiba-tiba di buyarkan oleh tepukan seseorang di bahuku. Aku menoleh, dan melihat seorang lelaki yang cukup tampan tersenyum padaku.
“Hai sayang?” sapa Andrew seraya mencium pipiku kiriku.
“Andrew!” senyumku lantas mengembang dan kupeluk dia dengan erat, namun entah mengapa dia tiba-tiba mendorongku.
“Kamu sakit?” tanyanya khawatir.
“Apa? Nggak kok. Kenapa?” tanyaku balik dengan heran.
“Badan kamu sedingin es! Wajah kamu juga pucat gitu. Yakin nggak kenapa-kenapa?”
“Jangan khawatir, aku nggak apa. Mungkin  cuma karena pengaruh cuaca?”
“Bener?? Kalo gitu ayo ke kelas! Elena, Kharisma, kami duluan ya?” ucap Andrew sambil menarik tanganku menuju kelas. Sedangkan kedua sahabatku hanya terdiam memandangi kami, terlihat kebingungan.
to be continued.....