Pagi
itu aku terbangun dengan nafas memburu, teringat akan mimpiku tadi mlam. Lega
rasanya bias terbangun dari mimpi mengerikan itu.
“Aku
haus.” Gumamku seraya mengambil segelas air putih dari meja dan meminumnya
habis. Aneh! Masih terasa haus, padahal aku sudah meminum air segelas penuh.
‘Apa yang terjadi?’ pikirku. Berlari aku menuju cermin rias di kamarku dan
betapa terkejutnya aku mendapati bayangan seseorang yang tak asing, terlihat
seperti diriku, namun tampak bagaikan mayat dengan mata merah menyala bagaikan
darah segar. Aku tersentak menyadari itu bukanlah bayangan seseorang yang mirip
denganku. Itu aku!! Dan mimpi itu juga.. jangan-jangan, itu bukan sekedar
mimpi! Mungkinkah.. Mungkinkah itu nyata?? Mungkinkah aku telah menjadi seperti
monster itu? Apakah mungkin kalau aku sudah bukan manusia lagi??? NO WAY!! Kubuang
semua pemikiran itu dan sgera bersiap untuk sekolah.
Aku berjalan dengan cepat hampir
berlari menuju ke mobil agar tak basah akibat hujan yang lebat. Kulirik jam
tangan yang melingkari tangan kiriku, jam 7.30. “Sial! Aku hampir telat!”
ucapku. Kupacu mobilku lebih cepat menembus lebatnya hujan, syukurlah jalanan
cukup sepi, hanya perlu menyalip beberapa mobil untuk berhasil sampai kesekolah
jam 8 kurang 10 menit. Seperti biasa, aku selalu di sambut hangat oleh kedua
sahabatku, Elena dan Kharisma. Kami memulai persahabatan kami semenjak masih
TK.
“Michelle!
Hai!” sapa mereka sambil melambai-lambaikan tangan.
“Hai,
girls! Kangen banget sama kalian! Libur seminggu bikin kita jarang ketemu.”
“Iya,
kita juga kangen sama kamu!” seru mereka bersamaan. Memang, diantara kami,
akulah yang rumahnya paling jauh, aku juga termasuk orang yang jarang keluar
karena lebih suka belajar di kamar.
“Hey!
Kamu sekarang pake softlens??” Seru Elena dengan pandangan mengarah pada
mataku.
Akupun
teringat akan bayanganku di cermin tadi pagi,”hm.. ini? Iya aku emang pake
softlens. Gimana, bagus nggak?” terpaksa aku harus berbohong agar mereka tak
curiga dengan perubahan warna mataku yang begitu mendadak ini.
“Bagus
sih, tapi kok milih yang merah gitu? Jadi kayak vampir di film-film, serem!”
Jawab Kharisma. Aku terperanjat mendengar kata-katanya, apakah aku memang sudah
jadi vampir? Tidak mungkin! Vampir cuma mitos! Itu hanya ada di film!
Lamunanku tiba-tiba di buyarkan oleh
tepukan seseorang di bahuku. Aku menoleh, dan melihat seorang lelaki yang cukup
tampan tersenyum padaku.
“Hai
sayang?” sapa Andrew seraya mencium pipiku kiriku.
“Andrew!”
senyumku lantas mengembang dan kupeluk dia dengan erat, namun entah mengapa dia
tiba-tiba mendorongku.
“Kamu
sakit?” tanyanya khawatir.
“Apa?
Nggak kok. Kenapa?” tanyaku balik dengan heran.
“Badan
kamu sedingin es! Wajah kamu juga pucat gitu. Yakin nggak kenapa-kenapa?”
“Jangan
khawatir, aku nggak apa. Mungkin cuma
karena pengaruh cuaca?”
“Bener??
Kalo gitu ayo ke kelas! Elena, Kharisma, kami duluan ya?” ucap Andrew sambil
menarik tanganku menuju kelas. Sedangkan kedua sahabatku hanya terdiam
memandangi kami, terlihat kebingungan.
to be continued.....
No comments:
Post a Comment